Jumat, 28 Oktober 2011

Makalah AHKLAK KEPADA ALLAH SWT


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Kita sebagai umat islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada Allah karena Allah lah yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang sempurna. Untuk itu akhlak kepada Allah itu harus yang baik-baik jangan akhlak yang buruk. Seperti kalau kita sedang diberi nikmat, kita harus bersyukur kepada Allah.
Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.
Seorang yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik terhadap Allah ta’ala dan sesamanya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

حُسْن الْخُلُق قِسْمَانِ أَحَدهمَا مَعَ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ ، وَهُوَ أَنْ يَعْلَم أَنَّ كُلّ مَا يَكُون مِنْك يُوجِب عُذْرًا ، وَكُلّ مَا يَأْتِي   مِنْ اللَّه يُوجِب شُكْرًا ، فَلَا تَزَال شَاكِرًا لَهُ مُعْتَذِرًا إِلَيْهِ سَائِرًا إِلَيْهِ بَيْن مُطَالَعَة وَشُهُود عَيْب نَفْسك وَأَعْمَالك .
وَالْقِسْم الثَّانِي : حُسْن الْخُلُق مَعَ النَّاس .وَجَمَاعَة أَمْرَانِ : بَذْل الْمَعْرُوف قَوْلًا وَفِعْلًا ، وَكَفّ الْأَذَى قَوْلًا  
وَفِعْلًا

Keseluhuran akhlak itu terbagi dua. Yang Pertama, akhlak yang baik kepada Allah, yaitu meyakini bahwa segala amalan yang anda kerjakan mesti (mengandung kekurangan/ketidaksempurnaan) sehingga membutuhkan udzur (dari-Nya) dan segala sesuatu yang berasal dari-Nya harus disyukuri.
Dengan demikian, anda senantiasa bersyukur kepada-Nya dan meminta maaf kepada-Nya serta berjalan kepada-Nya sembari memperhatikan dan mengakui kekurangan diri dan amalan anda. Kedua, akhlak yang baik terhadap sesama. kuncinya terdapat dalam dua perkara, yaitu berbuat baik dan tidak mengganggu sesama dalam bentuk perkataan dan perbuatan.

B. Rumusan Masalah
Adapun contoh akhlak kepada Allah SWT yang akan di bahas dalam makalah ini adalah :
1.      Taqwa kepada Allah SWT.
2.      Cinta kepada Allah SWT.
3.      Ikhlas kepada Allah SWT.
4.      Khauf dan raja’ terhadap Allah SWT.

C. Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Agar seluruh muslimin dan muslimat senantiasa mengetahui cara berakhlak kepada Allah SWT.
2.   Tujuan khusus
Agar masing-masing mahasiswa mampu berakhlak kepada allah SWT dengan cara bertaqwa kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintahnya dan menghentikan seluruh larangannya serta menerapkan sikap iklas dalam kehidupan sehari-hari.




BAB II
POKOK PEMBAHASAN

A. Pengertian Taqwa Kepada Allah SWT
Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. Hujahnya adalah Al Quran At Tahrim ayat 6 yang bermaksud: “Wahai orang yang beriman, hendaklah kamu memelihara kamu dan keluargamu dari api neraka”. Dalam Al Quran, ALLAH sering menyeru dengan kalimat ittaqu atau yattaqi.
Tambahan huruf pada asal kata waqa membawa perubahan makna. Di sini ittaqullah mempunyai maksud hendaklah kamu mengambil ALLAH sebagai pemelihara /benteng/pelindung. Yaitu hendaklah jadikan Tuhan itu pelindung. Jadikan Tuhan itu benteng.
Bila sudah berada dalam perlindungan, kubu atau benteng Tuhan maka perkara yang negatif dan berbahaya tidak akan masuk atau tembus. Artinya jadikanlah Tuhan itu dinding dari segala kejahatan.
Taqwa merupakan perintah yang wajib atas setiap orang Islam. Setiap orang beriman diperintahkan oleh Allah dengan benar2 bertaqwa kepada Allah. Dalil2 Al-Qur'an dan  Hadis Nabi berkenaan “taqwa”  serta kewajipan “bertaqwa” terlalu banyak , diantaranya :
Firman Allah :
يأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ اتَّقُواْ اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya”. [Al-Imran (3) : 102]

Firman Allah :
                                  
قُل لاَّ يَسْتَوِى الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُواْ اللَّهَ يأُوْلِى الاٌّلْبَـبِ                
                                                                لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Katakanlah (wahai Muhammad): Tidak sama yang buruk dengan yang baik, walaupun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu. Oleh itu bertaqwalah kepada Allah wahai orang-orang yang berakal fikiran, supaya kamu berjaya.  
[Al-Maedah (5) : 100 ]

Sedangkan takwa secara lebih lengkapnya adalah, menjalankan segala kewajiban, menjauhi semua larangan dan syubhat (perkara yang samar), selanjutnya melaksanakan perkara-perkara sunnah (mandub), serta menjauhi perkara-perkara yang makruh(dibenci).
Kata takwa juga sering digunakan untuk istilah menjaga diri atau menjauhi hal-hal yang diharamkan, sebagaimana dikatakan oleh Abu Hurairah Radhiallaahu anhu ketika ditanya tentang takwa, beliau mengata-kan, “Apakah kamu pernah melewati jalanan yang berduri?” Si penanya menjawab, ”Ya”. Beliau balik bertanya, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Orang itu menjawab, “Jika aku melihat duri, maka aku menyingkir darinya, atau aku melompatinya atau aku tahan langkah”. Maka berkata Abu Hurairah, ”Seperti itulah takwa.”
Pada prinsipnya ketakwaan seorang adalah apabila ia menjadikan suatu pelindung antara dirinya dengan apa yang ia takuti. Maka ketakwaan seorang hamba kepada Rabbnya adalah apabila ia menjadikan antara dirinya dan apa yang ia takuti dari Rabb (berupa kemarahan, siksa, murka) suatu penjagaan/pelindung darinya. Yaitu dengan menjalankan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Maka tampak jelas, bahwa hakikat takwa adalah sebagaimana yang disampaikan oleh Thalq bin Hubaib, “Takwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan nur (petunjuk) dari Allah karena mengharapkan pahala dari-Nya. Dan engkau meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena takut akan siksa-Nya."
Ketaqwaan seorang muslim kepada Allah SWT. Taqwa bukan sebatas melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan. Bukan sebatas menunai ketaatan dan menjauhkan kemaksiatan. Bukan sebatas membuat apa yang disuruh dan meninggalkan apa yang dilarang. Bukan juga sebatas meninggalkan apa yang haram dan menunaikan apa yang fardhu. Bukan sebatas menjauhkan yang syirik dengan beramal dan taat kepada Allah. Bukan sebatas menjauhkan diri dari segala apa yang akan menjauhkan diri kita daripada Allah. Bukan sebatas membatasi diri kepada yang halal saja dan bukan sebatas beramal untuk menjuruskan ketaatan kepada Allah semata-mata.
Usaha untuk menjadikan Allah sebagai pemelihara atau pelindung atau pembenteng ialah dengan melaksanakan perkara-perkara yang disuruh oleh Allah lahir dan batin. Dengan kata-kata yang lain, perkara yang disuruh itu ialah membina sifat-sifat mahmudah. Mengumpulkan dan menyuburkan sifat-sifat mahmudah itulah usaha bagi menjadikan Allah itu sebagai pemelihara atau pelindung. Membina sifat-sifat mahmudah itulah usaha ke arah taqwa
Definisi taqwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala Perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

B. Cinta dan Ridho kepada Allah SWT
Definisi cinta yaitu kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
Cintailah Allah dan berusahalah untuk menggapai cintaNya.Tahapan-tahapan menuju wahana cinta kepada Allah adalah sebagai berikut:
  1. Membaca Al-Qur’an dengan tadabbur dan memahaminya dengan baik.
  2. Mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan shalat sunat setelah mendahulukan shalat wajib.
  3. Selalu dzikirullah (mengingat Allah) dalam segala kondisi dengan hati, lisan dan perbuatan.
  4. Mengutamakan kehendak Allah di saat berbenturan dengan kehendak hawa nafsu.
  5. Menanamkan dalam hati nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala dan memahami maknanya.
  6. Memperhatikan karunia dan kebaikan Allah kepada kita.
  7. Menundukkan hati dan diri ke haribaan Allah.
  8. Menyendiri untuk beribadah kepada Allah, bermunajat dan membaca kitab suciNya di waktu malam saat orang lelap tidur.
  9. Bergaul dan berkumpul bersama orang-orang shaleh, mengambil hikmah dan ilmu dari mereka.
  10. Menjauhkan sebab-sebab yang dapat menjauhkan kita daripada Allah.
C. Ikhlas Kepada Allah SWT
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.
Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Jadi segala apa yang kita lakukan itu semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.
Dan apabila seseorang menghendaki sesuatu yang lain dengan ibadahnya ia ingin mendekatkan diri kepada selain Allah S.W.T. dalam ibadah ini dan untuk mendapatkan pujian makhluk (riya, pent.). Maka ini menggugurkan amal ibadah dan ia termasuk syirik. Di dalam Shahih dari hadits Abu Hurairah t, sesungguhnya Nabi S.A.W. bersabda, Allah S.W.T. berfirman (hadits qudsi):
                                   (( أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ, مَن عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ ))
            Artinya :
'Aku adalah orang yang paling tidak membutuhkan sekutu, barangsiapa yang melakukan suatu amal ibadah yang ia menyekutukan selain-ku bersama-Ku, niscaya Aku meninggalkannya dan sekutunya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal apa sajakah yang dapat membantu kita agar dapat mengikhlaskan seluruh amal perbuatan kita kepada Allah semata, dan di antara hal-hal tersebut adalah :
a.       Banyak Berdoa
b.      Menyembunyikan Amal Kebaikan
c.       Memandang Rendah Amal Kebaikan
d.      Takut Akan Tidak Diterimanya Amal
e.       Menyadari Bahwa Manusia Bukanlah Pemilik Surga dan Neraka

D. Khauf dan raja’
Khauf yaitu kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukaiyang akan menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya. Raja’ yaitu memautkan hati pada sesuatu yang disukai.
a.       Khauf.

Kata lain dari khauf adalah khawatir/takut,yang berarti maksud dari khauf adalah rasa khawatir atau takut pada sesuatu yang akan datang,dan rasa khauf akan tumbuh jika seseorang meyakini kalau sesuatu yang di benci akan datang dan yang di cintai akan pergi atau sirna.
Dalam Al-Qur'an makna "khauf" di istilahkan dalam beberapa ayat,misal di Surat As-Sajdah ayat 16 yang artinya "mereka menyeru kepada Tuhan mereka dengan penuh rasa takut(khauf) dan penuh harapan",serta di dalam sufi makna khauf sebagai syarat iman dan syarat menjalankan hukum Allah.yang termaktub dalam Surat Ali-Imron:75.
Menurut beberapa Ulama',khauf di artikan menjadi beberapa arti,seperti cambuk Allah SWT yang di gunakan untuk menghukum manusia yang berontak terhadap Allah SWT.serta manusia yang takut terhadap Allah,di kala ia merasa aman dari hal yang membuatnya takut sendiri,dan sebagainya.
Menurut tradisi sufi,khauf di kategorikan maqam(peringkat kerohanian),yang selalu beriringan dengan maqam raja',serta merupakan awal dari perjalanan sang penempuh.
Menurut tingkatan, khauf (tingkatan ketakutan hamba secara umum), yang menekankan rasa takut terhadap siksa,kehilangan sesuatu yang sangat di cinta, serta takut kehilangan Allah SWT, akan meningkat menjadi Qabdh (ketakutan para auliya' dan shalihin), yang menekankan rasa takut yang luar biasa karena merasa dalam gengggaman Allah dan tidak ingin lepas dari-Nya,serta jiwanya menginjak pada kefanaan yang luar biasa (fanaul fana).
Setelah itu berakhir, baru tingkatan yang selanjutnya dan sekaligus tingkatan yang terakhir, yaitu tingkatan Al-Haibah (ketakutan para Nabi dan Rasul), yang menekankan kesirnaan dalam keabadian (sang pencipta).
b. Raja'

Sedangkan Raja' itu sendiri adalah harapan.sebuah harapan yang di cintai akan datang,dan sebaliknya yang di benci akan hilang dan amal-amal yang di dasari akan optimisme/ harapan lebih baik daripada amal-amal yang di dasarkan pada rasa takut/ khawatir (khauf).
Serta salah satu tanda bahwa seseorang masih bergantung pada amal adalah apabila ia merasa kehilangan harapan (raja') kepada Allah ketika ia melakukan dosa.
Dan arti Raja'(harapan) itu berbeda dengan Tamanny(berandai-andai) yang merupakan sifat tercela.yang berarti harapan adalah mengandalkan kemurahan Sang Pencipta, dan juga melihat kegemilangan Illahi (Sang Pencipta) dengan mata keindahan.harapan adalah kedekatan hati pada kemurahan Allah,harapan adalah kesenangan hati terhadap keutamaan tobat seseorang, harapan adalah melihat kasih sayang Sang Pencipta (Allah) yang Maha Meliputi Segalanya.






BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Seorang muslim itu harus berahlak baik kepada Allah SWT. Karena kita sebagai manusia yang di ciptakan oleh Allah dan untuk menyembah kepada Allah, sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya dan tidaklah Kami (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.
Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT, manusia seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya semata dengan penuh keikhlasan dan bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan ditujukan untuk memperoleh keridhaan-Nya.
Adapun macam-macam akhlak kepada Allah SWT adalah,Taqwa kepada Allah SWT, cinta kepada Allah SWT, ikhlas kepada Allah SWT serta Khauf dan raja’ terhadap Allah SWT.

B. Saran
Demi perbaikan mutu pembuatan makalah dikemudian hari maka kami sebagai penulis berharap berbagai kritik serta saran dari seluruh pembaca yang bersifat membangun dan bisa memotivasi mahasiswa supaya mengetahui cara berakhlak kepada Allah dengan cara bertaqwa dan menerapkan sifat iklas dalam kehidupan sehari-hari.




DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur;An, 1983
Ilyas,Yunahar, Dr.H,Lc,MA, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam. 2007
http://hisbulah.blogspot.com/2011/03/akhlak-seorang-muslim-kepada-allah-swt.html
rs. H. Ambo Asse, M.Ag. 2003. Al-Akhlak al-Karimah Dar al-Hikmah wa al-Ulum. Makassar: Berkah Utami.
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/self-publishing/2097837-khauf-dan-raja/






1 komentar: